Tag Archives: MotoGP

https://recortesdamoda.com

Marquez Akhiri Tes Pramusim Terpanjang dengan Kecepatan yang Mengesankan

Marc Marquez tampaknya siap menghadapi tantangan besar pada debutnya sebagai pembalap pabrikan Ducati di MotoGP 2025. Tanggal 2 Maret mendatang, Marquez akan menjalani balapan perdana di Grand Prix Thailand, sebuah kesempatan besar baginya untuk meraih kemenangan. Melihat persiapan pramusim yang solid, Marquez memiliki peluang kuat untuk bersaing di depan.

Pada hari terakhir pengujian di Sepang, Marquez menjalani simulasi balapan singkat yang mencatatkan waktu lap luar biasa, cukup untuk memenangkan sprint GP Malaysia 2024. Pada saat yang bersamaan, saudaranya, Alex Marquez, juga melakukan simulasi dengan kecepatan sedikit lebih cepat. Namun, titik klimaks dari persiapan pramusim terjadi di Buriram, Thailand, pada 13 Februari 2025, di mana Marc mengakhiri sesi tes dengan simulasi balapan panjang.

Dalam simulasi tersebut, Marquez menghabiskan 23 lap tanpa henti, mencatatkan catatan waktu yang sangat konsisten. Selama balapan tersebut, waktu terbaik Marc tercatat pada 1:29,811 dan waktu terburuknya tetap terjaga di bawah 1:31, menunjukkan ketangguhan dan konsistensinya. Bahkan, di 11 lap pertama, ia mencatatkan waktu 1:30 rendah hingga medium, menandakan persiapan matang menjelang balapan sesungguhnya.

Meski cuaca yang hujan pada balapan sebelumnya di Buriram membuat data dari tahun lalu kurang relevan, performa Marquez di sesi sebelumnya menunjukkan bahwa ia siap bersaing untuk posisi podium. Bahkan, di dalam setengah balapan pada 13 lap (sebelumnya sprint), waktu terbaiknya adalah 1:29,820, yang hanya sedikit lebih lambat dibandingkan dengan catatan tercepat yang dicatat oleh Enea Bastianini (1:29,6) dan Jorge Martin (1:29,5).

Marquez sendiri mengakui bahwa Francesco “Pecco” Bagnaia adalah favorit untuk menang, namun dia tetap optimis berada di posisi kedua. “Saya bukan favorit untuk menang di sini; Pecco yang favorit, saya yang kedua,” ungkap Marquez. Namun, mengingat performanya yang mengesankan dalam pramusim, Marquez mungkin memiliki peluang lebih besar untuk menantang Bagnaia dan pembalap lainnya di Thailand.

Simulasi balapan Marquez di hari terakhir pramusim menunjukkan bahwa kecepatan balapan dalam jarak jauh tetap stabil, dengan 23 putaran yang dilakukan secara berturut-turut dan total lebih dari 36 putaran pada sore hari. Dalam sesi pagi, Marquez berhasil menorehkan waktu terbaik 1:28,855, menunjukkan kesiapan fisik dan mental yang sangat baik. Kecepatan tersebut hampir sebanding dengan Pecco Bagnaia, yang meskipun tidak melakukan simulasi balapan panjang, tetap mencatatkan waktu 1:29,378 dalam lap terbaiknya.

Bersama dengan Marco Bezzecchi dan Joan Mir, yang juga menunjukkan performa solid dalam sesi tes pramusim, Marquez berpotensi untuk meraih kemenangan pertama musim ini di GP Thailand. Semua mata akan tertuju pada kemampuan Marc untuk menandingi pembalap top lainnya, termasuk Bagnaia, di sirkuit yang sama pada 2 Maret mendatang.

Ducati Tunjuk Marco Rigamonti Sebagai Kepala Kru Marquez, Apa yang Baru?

Marc Marquez, sang juara dunia MotoGP, memasuki babak baru dalam kariernya pada musim 2025. Setelah berpisah dengan Santi Hernandez yang telah mendampinginya selama 13 tahun, Marquez kini akan bekerja dengan seorang kepala teknisi baru, yaitu Marco Rigamonti. Langkah ini menandai perubahan besar dalam perjalanan Marquez, yang sebelumnya bersama Honda selama lebih dari satu dekade, kini bergabung dengan tim pabrikan Ducati.

Rigamonti bukanlah nama baru di dunia MotoGP. Berpengalaman luas, ia pertama kali memasuki Kejuaraan Dunia pada tahun 2009 bersama Pramac Ducati, di mana ia mulai bekerja dengan pembalap Niccolo Canepa. Seiring berjalannya waktu, Rigamonti memperlihatkan kemampuannya dengan mendampingi sejumlah pembalap top, mulai dari Aleix Espargaro, Randy De Puniet, hingga Andrea Iannone, dengan berbagai hasil signifikan sepanjang kariernya.

Perjalanan profesional Rigamonti benar-benar melejit saat bekerja bersama Iannone di tim pabrikan Ducati pada tahun 2015, di mana keduanya meraih podium bergengsi, termasuk kemenangan pertama Ducati di MotoGP di Austria pada 2016. Kerjasama ini berlanjut hingga 2017, ketika Iannone pindah ke Suzuki, dan Rigamonti mengikuti langkahnya ke tim Jepang. Di sana, mereka terus menunjukkan hasil positif, termasuk podium di Australia 2018.

Tidak hanya dengan Iannone, Rigamonti juga berhasil membawa Johann Zarco meraih podium podium besar setelah bergabung kembali dengan Ducati pada 2020 di tim Avintia, dan terus bekerja dengan pembalap asal Prancis tersebut pada 2021-2022, meskipun kemenangan tetap menjadi tantangan. Pada 2023, Rigamonti kembali berkolaborasi dengan Enea Bastianini, yang baru bergabung dengan tim pabrikan Ducati, di mana mereka meraih sejumlah kemenangan dan podium penting.

Kini, bersama Marquez, Rigamonti menjadi bagian dari tim pabrikan Ducati yang ambisius. Ducati ingin mempertahankan teknisi berpengalaman ini untuk bekerja dengan Marquez, yang tentunya diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan pada persaingan gelar juara dunia MotoGP. Dengan Marco Rigamonti di tim Marquez, Ducati berharap dapat menciptakan sinergi yang menguntungkan dan mendorong prestasi lebih tinggi.

Sebagai bagian dari kru Marquez, Rigamonti akan bekerja bersama sejumlah teknisi berbakat lainnya, termasuk Mattia Sereni (insinyur elektronik dan telemetri), Michele Ducoli (kepala mekanik), serta beberapa mekanik berpengalaman yang siap mendukung upaya Marquez dalam meraih kesuksesan di MotoGP 2025.

Bersama Ducati, Marquez kini memasuki babak baru yang penuh tantangan dan harapan. Dengan tambahan Rigamonti sebagai kepala kru, tim pabrikan Ducati semakin berpotensi menjadi pesaing utama dalam perebutan gelar juara dunia, menjadikan musim 2025 sebagai musim yang sangat menarik untuk diikuti.

Rivola Klaim Martin Tak Lakukan Kesalahan yang Berujung Insiden

Awal yang kurang menguntungkan dialami Aprilia dalam tes pramusim MotoGP 2025. Jorge Martin, rekrutan anyar tim asal Noale itu, mengalami kecelakaan di lap kelima pada hari pertama tes resmi di Sirkuit Sepang. Insiden tersebut membuatnya harus menjalani operasi akibat patah tulang di tangan dan kaki, yang berpotensi menghambat persiapannya menjelang musim baru.

Kecelakaan Aneh yang Menjadi Sorotan

Kecelakaan yang dialami Martin terbilang aneh karena terjadi di Tikungan 2, salah satu tikungan paling lambat di Sirkuit Sepang. Namun, motor justru melontarkan sang pembalap ke depan, sesuatu yang jarang terjadi dalam MotoGP modern. Yang lebih mengherankan, ini adalah insiden kedua yang dialami Martin dalam waktu singkat.

Sebelumnya, ia juga terjatuh di Tikungan 1, namun berhasil kembali ke pit tanpa mengalami cedera serius. Setelah keluar dari pit dan kembali ke trek, ia justru mengalami kecelakaan fatal yang membuatnya harus dilarikan ke rumah sakit.

Aprilia Menyoroti Ban sebagai Penyebab

CEO Aprilia, Massimo Rivola, menyesalkan insiden tersebut dan menyebutkan bahwa data telemetri menunjukkan tidak ada kesalahan dari Martin maupun motor RS-GP. Ia pun menyoroti kemungkinan adanya masalah pada ban yang digunakan.

“Kecelakaan ini tidak masuk akal karena suhu ban sudah berada di level yang ideal. Jorge tidak melakukan kesalahan, dan tidak ada masalah teknis pada motor. Data menunjukkan bahwa ia tidak menginjak gas secara berlebihan dan sistem kontrol traksi bekerja dengan baik,” ujar Rivola, Rabu (5/2/2025).

Lebih lanjut, ia meminta Michelin untuk menjelaskan lebih detail mengenai kondisi ban yang digunakan Martin saat kecelakaan terjadi. “Yang saya tanyakan kepada Michelin adalah sejarah ban tersebut. Apakah itu ban baru atau sudah dipakai sebelumnya saat shakedown?” tambah mantan eksekutif Ferrari F1 itu.

Akankah Martin Siap untuk Balapan Perdana?

Saat ini, Martin telah kembali ke Spanyol untuk menjalani operasi. Proses pemulihannya belum dapat dipastikan, namun Rivola tetap optimis bahwa sang pembalap bisa kembali membalap di seri pembuka musim ini, Grand Prix Thailand di Sirkuit Buriram pada 2 Maret 2025.

“Saya pikir Jorge bisa kembali untuk balapan pertama. Tapi saya tidak akan terkejut jika ia mencoba untuk kembali lebih cepat, mungkin di tes pramusim Thailand pada 12-13 Februari,” ujar Rivola.

Dengan kondisi ini, Aprilia tentu berharap Martin bisa segera pulih agar dapat bersaing di MotoGP 2025. Kehadirannya sangat dinantikan sebagai salah satu kandidat kuat dalam perebutan gelar musim ini. Namun, apakah insiden ini akan memengaruhi performanya ke depan? Semua mata kini tertuju pada perkembangan pemulihannya.

Honda Racing Ubah Identitas! Warna Merah Kini Jadi Andalan

Setelah tiga dekade bermitra dengan Repsol, Honda Racing Corporation (HRC) akhirnya memutuskan untuk mengakhiri kolaborasi bersejarah tersebut. Sebagai gantinya, tim akan mengusung warna merah, putih, dan biru khas HRC, dengan Castrol sebagai sponsor utama.

Peluncuran Tim Honda HRC Castrol di Indonesia

Honda secara resmi meluncurkan proyek MotoGP 2025 pada Sabtu (1/2/2025) di Astra Honda Motor Safety Riding and Training Centre (AHM-SRTC) Deltamas. Indonesia dipilih sebagai lokasi peluncuran karena merupakan salah satu pasar terbesar bagi Honda, dengan catatan penjualan sepeda motor mencapai 40 persen dari total global.

Keputusan ini juga mencerminkan strategi Honda dalam memperkuat posisinya di wilayah Asia, berbeda dengan pabrikan lain seperti Ducati, Aprilia, dan KTM, yang memiliki volume penjualan lebih kecil dan menghadapi tantangan ekonomi.

Pada peluncuran ini, Honda memperkenalkan motor balap terbaru mereka, RC213V, yang kini tampil dalam warna biru, merah, dan putih, menggantikan skema warna oranye khas Repsol. Logo Castrol kini menempati bagian bawah motor, menggantikan posisi Repsol yang selama bertahun-tahun mendominasi desain Honda di MotoGP.

Kemitraan dengan Repsol yang dimulai sejak era 500cc pada 1995, resmi berakhir setelah kepergian Marc Marquez, yang juga menandai berkurangnya kontribusi Repsol dalam proyek ini.

Susunan Pembalap dan Harapan Honda di Musim 2025

Honda tetap mempertahankan Joan Mir dan Luca Marini sebagai pembalap utama, meskipun hasil mereka di musim sebelumnya kurang memuaskan. Sementara itu, Aleix Espargaro bergabung sebagai bagian dari tim penguji, memberikan pengalaman tambahan bagi proyek pengembangan motor Honda.

Seragam pembalap juga mengalami perubahan signifikan, kini menampilkan warna khas HRC tanpa nuansa oranye yang sebelumnya identik dengan Repsol. Castrol menjadi satu-satunya sponsor utama yang muncul di motor dan kostum tim.

Presiden HRC, Koji Watanabe, menyampaikan optimisme tinggi terhadap kerja sama ini.

“Semua pihak bekerja keras untuk meraih kesuksesan di MotoGP 2025. Kami harus tetap fokus dan terus berusaha. Dengan Joan Mir dan Luca Marini, kami memiliki dua pembalap bertalenta yang akan membantu kami kembali ke puncak. Balapan adalah inti dari Honda, dan saya yakin kami akan kembali meraih kejayaan musim ini.”

Honda sendiri memiliki catatan luar biasa di MotoGP, dengan torehan:
25 gelar juara dunia konstruktor
21 gelar juara dunia pembalap
313 kemenangan di kelas utama

Musim 2025 menjadi langkah awal bagi Honda untuk kembali mendominasi kejuaraan setelah beberapa tahun mengalami penurunan performa.

Kolaborasi dengan Castrol: Teknologi Pelumas Terdepan di MotoGP

Kemitraan baru dengan Castrol, yang merupakan bagian dari grup bp, membawa dimensi teknis tambahan bagi Honda. Selain sebagai sponsor utama, Castrol akan menyediakan pelumas, bahan bakar, serta dukungan teknis, dengan mengembangkan teknologi pelumas dalam kondisi balap ekstrem.

Honda HRC Menyapa Komunitas PCX di Indonesia

Sebelum peluncuran resmi tim MotoGP 2025, dua pembalap Honda, Luca Marini dan Joan Mir, bersama para pebalap muda Indonesia dari Astra Honda Racing Team, menyapa komunitas pecinta sepeda motor di Indonesia.

Mereka bertemu dengan 500 anggota komunitas Honda PCX dari 25 klub di Jakarta dan Jawa Barat, yang sebelumnya melakukan touring di Jakarta dan Bandung. Acara ini menjadi ajang untuk mempererat hubungan antara Honda dengan para penggunanya di Indonesia.

Tak hanya itu, Marini dan Mir juga mengunjungi pabrik AHM Plant, di mana mereka berinteraksi langsung dengan 700 karyawan Honda.

Sebagai bagian dari rangkaian acara, kedua pembalap Honda ini bahkan mencoba balapan menggunakan becak dan bermain sepak bola bersama anak-anak, menciptakan momen unik yang semakin mendekatkan mereka dengan para penggemar di Indonesia.

Dengan kerja sama baru antara Honda dan Castrol, musim MotoGP 2025 akan menjadi titik balik bagi tim ini dalam upaya mereka kembali ke jalur kemenangan. Akankah Honda HRC Castrol mampu mengembalikan kejayaan mereka di MotoGP? Kita tunggu aksinya di lintasan! 🚀🏍️🔥

Morbidelli Bertekad Kembali ke Podium, Fokus Raih Kemenangan dan Podium di Musim 2025

Franco Morbidelli, yang memasuki musim pertamanya dengan tim VR46, memiliki ambisi besar untuk kembali ke level performa terbaiknya, seperti saat ia menduduki posisi kedua di klasemen MotoGP pada tahun 2020. Pembalap asal Italia itu bertekad untuk meraih kemenangan dan naik podium di musim ini.

Pada tahun sebelumnya, Morbidelli memperoleh kesempatan langka dengan bergabung dengan tim Pramac dan mengendarai motor Ducati Desmosedici GP24, yang memiliki spesifikasi setara dengan motor yang digunakan oleh Pecco Bagnaia dan Jorge Martin, namun lebih unggul dibandingkan dengan motor yang dikendarai oleh beberapa pembalap besar lainnya, termasuk Marc Marquez. Sayangnya, kecelakaan serius saat berlatih di Portimao menghalanginya untuk mengikuti dua putaran tes pramusim, yang menyebabkan Morbidelli tampil di balapan pertama dengan hampir tanpa persiapan dan beradaptasi dengan Ducati setelah lima tahun bersama Yamaha.

Meskipun musim pertama dengan Ducati kurang memuaskan, dengan posisi keempat di Indonesia sebagai hasil terbaiknya, Morbidelli tetap optimistis. Di akhir musim 2024, ia berada di peringkat kesembilan klasemen, namun merasa hasil tersebut kurang menggambarkan potensi yang sebenarnya. Ketika banyak yang meragukan kelanjutan karirnya di MotoGP, Valentino Rossi, mentor sekaligus hampir menjadi wakilnya, memberi dukungan dan menyambut Morbidelli ke dalam tim VR46, yang telah menjadi rumah baginya sejak awal karir.

Kini, dengan tekanan besar yang dihadapi oleh Fabio Di Giannantonio, rekan satu timnya yang akan mengendarai motor terbaik, Morbidelli bertekad untuk menemukan kembali performa yang membawanya ke podium pada tahun 2020, dengan tiga kemenangan dan lima kali finis di podium. Tahun 2025 akan menjadi musim penting bagi Morbidelli, karena ia akan tetap menggunakan Ducati yang sama dari musim sebelumnya, sebuah keuntungan yang diyakininya dapat membantunya beradaptasi dengan lebih baik.

Morbidelli menyatakan bahwa mempertahankan paket motor yang sama seperti tahun lalu adalah langkah positif, karena dengan begitu, ia akan menghadapi lebih sedikit ketidakpastian, terutama di awal musim. Menurutnya, meskipun Ducati akan mengurangi jumlah motornya menjadi enam dari delapan, hal itu tidak akan mengubah fokusnya untuk meraih kemenangan dan finis di posisi terdepan.

Sebagai persiapan, Morbidelli akan bergabung dengan tim VR46 Riders Academy milik Rossi di Indonesia, di mana ia akan menjalani beberapa sesi latihan di sirkuit Mandalika, berharap dapat memanfaatkan setiap keuntungan kecil yang ada untuk mencapai tujuan besar di musim mendatang.

Pedro Acosta, Pembalap Termuda MotoGP 2024, Siap Menggebrak Di Usia 19 Tahun

Pedro Acosta, pembalap muda asal Spanyol, siap menggebrak dunia MotoGP di musim 2024 sebagai rider termuda dengan usia 19 tahun. Setelah meraih kesuksesan di kelas Moto3 dan Moto2, Acosta kini memasuki kelas utama balap motor dunia dengan penuh ambisi dan harapan.

Pedro Acosta lahir pada 25 Mei 2004 di Mazarrón, Spanyol. Ia memulai karier balapnya di ajang junior dan dengan cepat menunjukkan bakat luar biasa. Pada tahun 2021, ia berhasil meraih gelar Juara Dunia Moto3, menjadikannya salah satu pembalap termuda yang mencatatkan prestasi tersebut. Keberhasilannya ini menandai awal dari perjalanan karier yang menjanjikan di dunia balap motor. Ini menunjukkan bahwa Acosta memiliki potensi besar untuk bersaing di level tertinggi.

Setelah sukses di Moto3, Acosta melanjutkan langkahnya ke Moto2 dan kembali menunjukkan performa yang mengesankan. Ia berhasil meraih gelar Juara Dunia Moto2 pada tahun 2023 dengan dua balapan tersisa. Prestasi ini semakin memperkuat reputasinya sebagai salah satu pembalap muda paling berbakat dalam sejarah balap motor. Ini mencerminkan konsistensi dan kemampuan adaptasinya dalam menghadapi tantangan di setiap kelas.

Memasuki musim 2024, Acosta bergabung dengan tim Red Bull GasGas Tech3 di kelas MotoGP. Dalam debutnya, ia langsung mencuri perhatian dengan finis podium pada Grand Prix Portugal, hanya dalam balapan keduanya di kelas utama. Dengan usia 19 tahun dan 304 hari, ia menjadi salah satu pembalap termuda yang berhasil naik podium dalam sejarah MotoGP. Ini menunjukkan bahwa Acosta tidak hanya sekadar rookie, tetapi juga seorang pesaing serius.

Acosta dikenal dengan gaya balap agresif dan keberaniannya dalam mengambil risiko. Ia memiliki kemampuan luar biasa dalam mengatur strategi balap dan beradaptasi dengan berbagai kondisi lintasan. Selain itu, kepribadiannya yang ceria dan humoris membuatnya disukai oleh penggemar dan rekan-rekannya di paddock. Ini mencerminkan bahwa keberhasilan seorang pembalap tidak hanya ditentukan oleh kemampuan teknis tetapi juga oleh karakter yang dimiliki.

Dengan prestasi yang telah diraihnya sejauh ini, banyak pihak berharap Pedro Acosta dapat terus berkembang dan bersaing untuk meraih gelar juara dunia di masa depan. Jika ia mampu mempertahankan konsistensinya dan terus belajar dari pengalaman, bukan tidak mungkin ia akan menjadi bintang besar di dunia MotoGP. Keberhasilan Acosta akan menjadi inspirasi bagi generasi muda pembalap lainnya untuk mengejar impian mereka dalam dunia balap motor.

Dengan semua pencapaian ini, Pedro Acosta siap menghadapi tantangan baru di musim 2024 dan membuktikan bahwa usia bukanlah penghalang untuk mencapai kesuksesan di arena balap internasional.

Hadirnya AI, Marquez Nilai Pembalap Kian Kehilangan Peran

Ducati kembali menunjukkan keunggulannya dalam dunia MotoGP dengan memperkenalkan kecerdasan buatan (AI) dalam sistem kerja tim mereka. Dalam acara peluncuran tim yang berlangsung dua hari di Madonna di Campiglio, Dolomites, Italia, Ducati menghadirkan berbagai kejutan yang mengesankan. Acara tersebut diselenggarakan sejak Senin (20/1/2025), dihadiri oleh berbagai tamu istimewa dan tentu saja, berbagai kemewahan yang menjadi ciri khas tim ini.

Menariknya, salah satu sorotan utama dalam acara tersebut adalah kemitraan Ducati dengan Lenovo, yang sudah berlangsung selama delapan tahun. Selama acara peluncuran ini, Lenovo memamerkan pentingnya teknologi AI dalam dunia MotoGP, dengan menampilkan video yang dibuat sepenuhnya oleh AI. Dalam video tersebut, pembalap Ducati, Pecco Bagnaia dan Marc Marquez, menyapa penggemar dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa Indonesia dan Jepang.

Pionir Penggunaan AI di MotoGP

Ducati menjadi tim pertama di MotoGP yang memanfaatkan kecerdasan buatan dalam strategi tim mereka. Sejak pertama kali diperkenalkan, teknologi ini telah memberi mereka keunggulan kompetitif yang signifikan. AI tidak hanya digunakan dalam analisis data dan pengembangan motor, tetapi juga dalam interaksi antara pembalap dan teknologi. Sebagai contoh, dalam sesi peluncuran tersebut, para pembalap ditanya oleh AI mengenai apa yang harus mereka lakukan untuk meraih gelar juara dunia tahun ini.

Bagnaia dan Marquez Tanggapi Pertanyaan AI

Dalam sesi tersebut, Marc Marquez memberikan tanggapannya dengan mengatakan, “Jawabannya adalah saya harus cepat, pintar, memenangkan balapan, dan tentu saja, tidak terjatuh.” Marquez menambahkan, meskipun banyak pembicaraan tentang Pecco yang sering terjatuh atau mengalami kesalahan tahun lalu, tanpa mengambil risiko, Bagnaia tidak akan bisa memenangkan sebelas balapan.

“Kecepatan adalah kunci. Anda harus tahu kapan harus mengambil risiko, karena keseimbangan antara bersikap konservatif dan berani sangat penting,” jelas Marquez, yang juga menceritakan bagaimana dia meraih gelar juara dunia MotoGP pada tahun 2019 dengan Honda, meskipun tanpa teknologi canggih seperti sekarang.

Teknologi AI: Pengubah Permainan dalam Dunia Balap Motor

Marquez juga menyebutkan bahwa semakin berkembangnya teknologi, peran pembalap sebagai individu mulai berkurang. “Semakin banyak teknologi dan AI yang ada di motor dan komputer, semakin manusia tidak bisa mengimbangi kecepatan dan kecanggihannya. Komputer zaman sekarang jelas lebih canggih dibandingkan 20 tahun yang lalu, dan itu semakin mempengaruhi bagaimana balapan berlangsung,” kata Marquez.

Namun, ia juga menegaskan bahwa meskipun teknologi memainkan peran besar, pada akhirnya, pembalap tetaplah penentu utama dalam balapan. “Meskipun teknologi semakin penting, dalam balap motor, pembalap tetap menjadi faktor penentu utama. Tapi, perbedaan yang bisa dibuat oleh pembalap jauh lebih kecil sekarang dibandingkan dengan 30 tahun lalu,” ungkapnya.

Menuju Era Baru dalam MotoGP dengan AI dan Teknologi Canggih

Dengan berkolaborasi bersama Lenovo dan terus mengeksplorasi kecerdasan buatan, Ducati jelas berada di garis depan inovasi teknologi dalam dunia balap motor. Seiring berkembangnya teknologi, satu hal yang tetap tidak berubah adalah pentingnya kemampuan dan keputusan para pembalap. Namun, bagaimana teknologi akan membentuk masa depan MotoGP, hanya waktu yang akan memberitahukan.

Insiden Portimao: Bagnaia Tak Bisa Lupa Kecelakaan dengan Marquez

Hari-hari santai bagi Tim Ducati membawa momen lucu di acara ‘Campioni in pista’ di Madonna di Campiglio, Italia. Setelah memperkenalkan motor terbaru mereka, Desmosedici GP25, para pembalap, termasuk Francesco Bagnaia dan Marc Marquez, menikmati waktu bersama dalam suasana santai yang tak biasa. Namun, tak hanya kegembiraan yang mewarnai acara ini, mereka juga berbagi kisah menarik, salah satunya tentang insiden di GP Portugal 2024 yang melibatkan keduanya.

Bagnaia Ungkapkan Reaksi Terhadap Insiden di Portimao

Pada balapan kedua musim 2024 di Portimao, Bagnaia dan Marquez terlibat kecelakaan ketika saling bersenggolan saat memperebutkan posisi kelima. Insiden itu menyebabkan keduanya terjatuh dan kehilangan peluang meraih poin penting. Dalam wawancara tersebut, Bagnaia sempat bercanda, mengatakan bahwa tanpa kecelakaan itu, ia yakin bisa merebut gelar juara dunia 2024.

“Saya yakin, jika saya finis kelima, saya akan meraih 11 poin dan bisa memenangkan gelar,” ungkap Bagnaia dengan nada santai.

Marquez pun menambahkan, meskipun insiden tersebut bukan momen yang baik, hal itu bisa terjadi dalam kompetisi di mana para pembalap berusaha di batas kemampuan mereka. “Tak ada yang ingin jatuh, atau menciptakan tabrakan, tetapi terkadang saat berlomba, kita berpikir dengan cara yang berbeda. Sayangnya, kami berdua tak mendapatkan poin dari situasi itu,” kata Marquez.

Saling Menghargai Keterampilan di Trek

Walau ada insiden tersebut, Bagnaia dan Marquez tetap saling mengapresiasi keterampilan masing-masing. Ketika ditanya mengenai kualitas yang mereka kagumi dari satu sama lain, Bagnaia mengungkapkan kekagumannya pada cara Marquez mengatasi lintasan yang kotor dan licin, serta cara uniknya dalam mengatasi tikungan kiri. “Dia punya kemampuan luar biasa saat masuk ke trek licin, seperti yang kita lihat di Aragon tahun lalu,” kata Bagnaia.

Sementara itu, Marquez mengungkapkan bahwa kekuatan utama Bagnaia adalah kemampuannya dalam mengambil tikungan cepat, terutama di tikungan kanan, yang merupakan titik lemah bagi dirinya. “Pecco sangat cepat di tikungan kanan, dan dia juga memiliki titik pengereman yang sangat kuat,” puji Marquez.

Pembalap Ducati Belajar dari Rekan Satu Tim

Kedua pembalap ini juga mengungkapkan bahwa mereka saling memperhatikan data dari rekan-rekan satu tim, terutama yang berkendara dengan motor Ducati. Bagnaia menjelaskan, “Jika Anda ingin berkembang lebih cepat, Anda harus mempelajari data rekan satu tim Anda, melihat apa yang mereka lakukan dengan motor dan mencatat perbedaan.”

Marquez pun menambahkan bahwa strategi berbagi data sangat penting dalam meningkatkan performa. “Saya banyak belajar dari Pecco dan Martin tahun lalu, terutama dalam memahami set-up motor dan gaya balap mereka,” kata Marquez.

Dengan persaingan yang semakin ketat di MotoGP, terutama di tim Ducati, Bagnaia dan Marquez menunjukkan bahwa meskipun mereka bersaing, saling menghargai dan berbagi informasi adalah kunci untuk perkembangan masing-masing dalam mengejar gelar juara dunia.

Bagnaia Soal Rivalitas: Biarkan Marquez Jadi Sosok Antagonis

Francesco Bagnaia, juara MotoGP 2022 dan 2023, memulai musim 2025 dengan semangat baru meski harus berbagi garasi dengan Marc Marquez, sang juara dunia delapan kali. Kehadiran Marquez di tim Ducati menjadi pusat perhatian dunia balap motor, tetapi Bagnaia tetap optimis dan bersikeras mempertahankan karakter “pria sejati”-nya di lintasan.

Menghadapi Tekanan dan Kekecewaan di 2024

Setelah musim 2024 yang luar biasa dengan 11 kemenangan, Bagnaia harus puas finis sebagai runner-up di bawah Jorge Martin. Kesalahan-kesalahan kecil yang terjadi pada Sabtu menjadi refleksi utama selama jeda musim dingin. “Saya menganalisis setiap kesalahan saya selama musim dingin. Kami menemukan beberapa hal yang bisa ditingkatkan, baik secara individu maupun sebagai tim,” ujar pembalap Italia berusia 28 tahun itu.

Ducati dan Marc Marquez: Kolaborasi yang Dinantikan

Musim 2025 diprediksi menjadi salah satu musim MotoGP yang paling kompetitif. Dengan hadirnya Marquez di tim pabrikan Ducati, atmosfer kompetisi di dalam tim pun meningkat. Dalam presentasi Desmosedici GP25 di Madonna di Campiglio, Bagnaia memuji kekuatan tim Ducati yang semakin solid selama lima tahun terakhir.

“Tim ini selalu memberikan dukungan luar biasa kepada saya, bahkan saat saya bukan orang yang mudah. Kami terus berkembang, dan melihat tim yang semakin kuat adalah sesuatu yang membanggakan,” katanya.

Bagnaia juga percaya kolaborasinya dengan Marquez akan membawa manfaat besar. “Dia akan beradaptasi dengan baik di tim ini. Kami akan bekerja sama untuk mengembangkan motor dan memastikan siap menghadapi balapan pertama. Potensi kami ada untuk terus bersaing di posisi teratas,” jelas Bagnaia.

Tetap Tenang di Tengah Tekanan

Menanggapi saran manajer tim Davide Tardozzi agar lebih agresif, Bagnaia menegaskan dirinya akan tetap tenang meski harus berhadapan dengan Marquez di lintasan. “Saya akan membiarkan Marc menjadi ‘orang jahat’. Saya adalah pria sejati dan tidak akan mengubah itu,” tegas Bagnaia.

Ia juga mengungkapkan bahwa kehadiran Marquez memberikan kesempatan untuk belajar dari pengalaman sang legenda. Namun, ia tetap yakin bahwa persaingan mereka akan berlangsung sehat. “Siapa pun yang menang, itu karena potensi yang ada pada motor dan pembalap,” tambahnya.

Fokus pada Perbaikan dan Strategi Baru

Bagnaia berkomitmen untuk memanfaatkan pelajaran dari musim 2024 untuk tampil lebih baik pada 2025. “Musim lalu adalah salah satu yang fantastis, meskipun ada rasa kecewa karena tidak meraih gelar. Namun, saya telah belajar dari kesalahan dan yakin kami bisa berkembang,” katanya.

Dengan motor baru, atmosfer kompetitif di garasi Ducati, dan fokus penuh pada pengembangan, Bagnaia yakin musim 2025 akan menjadi salah satu yang menarik dalam kariernya. “Ini akan menjadi musim yang luar biasa. Dengan rekan setim baru dan tantangan baru, kami siap untuk bersaing di puncak,” tutup Bagnaia.

Musim 2025 bukan hanya tentang kecepatan, tetapi juga tentang mentalitas. Bagnaia dan Marquez akan menjadi sorotan utama saat Ducati berusaha mempertahankan dominasinya di MotoGP.

Honda Harus Bergerak Cepat, Tegas Puig: Jangan Tunggu 2027

Sebagai manajer tim Honda MotoGP, Alberto Puig menghadapi tantangan besar memimpin salah satu tim Jepang paling ikonik di dunia balap motor. Dalam wawancara terbaru, pria berusia 58 tahun itu berbicara tentang perjalanan panjangnya di Honda, strategi tim ke depan, dan pandangannya mengenai dinamika MotoGP.

Momen Berat Honda di MotoGP

Puig, yang telah menjabat sebagai manajer tim Honda selama tujuh tahun, menyaksikan langsung penurunan performa tim. Setelah kemenangan terakhir yang diraih Alex Rins di Austin pada 2023, Honda mengalami musim yang sulit. Bahkan, pada musim lalu, mereka berada di dasar klasemen konstruktor dan tim utama mereka terpuruk di posisi buncit.

Meski demikian, Puig tetap menjadi penghubung penting antara tim balap dan manajemen Honda di Jepang. “Saat ini, fokus utama kami adalah meningkatkan performa motor. Honda telah mengalokasikan seluruh sumber daya dan teknologinya untuk mencapai hal itu,” ungkap Puig.

Romano Albesiano dan Langkah Baru Honda

Untuk membalikkan keadaan, Honda merekrut Romano Albesiano sebagai direktur teknis. “Kami berusaha memperbaiki motor dengan pendekatan dari hari ke hari,” jelas Puig. Ia juga mengakui bahwa perkembangan teknologi di Eropa belakangan ini menjadi tantangan besar bagi tim Jepang, terutama setelah pandemi COVID-19 yang membatasi mobilitas teknisi mereka.

Puig menambahkan bahwa Honda juga tengah mempertimbangkan membuka pusat pengembangan di Eropa untuk mempercepat inovasi dan respons terhadap dinamika MotoGP.

Pandangan Pribadi: Hidup dan Sepeda Motor

Selain berbicara tentang tantangan profesional, Puig juga membuka sisi personalnya. Di waktu luang, ia sering menghabiskan waktu di rumah orang tuanya di pegunungan. “Ketika tidak ada balapan, saya mencoba pergi ke sana untuk menikmati suasana yang tenang dan sehat,” katanya.

Puig juga berbagi kecintaannya pada motor. Salah satu kenang-kenangan terbesarnya adalah JJ Cobas, motor pertama yang membawanya berlaga di kejuaraan Eropa. Setelah puluhan tahun terlupakan di garasi, ia memutuskan untuk merestorasinya. “Melihat motor itu terlantar membuat saya merasa tidak benar. Kini, motor itu berada di ruang tamu saya sebagai pengingat perjalanan saya,” ujarnya.

Esensi Balap dan Teknologi

Mengenai perkembangan teknologi dalam MotoGP, Puig menilai bahwa inovasi seperti perangkat elektronik membawa manfaat sekaligus tantangan. “Kita harus menjaga agar balapan tetap menarik dengan mempertahankan esensi olahraga ini. Jangan sampai motor menjadi lebih penting daripada pembalap,” tegasnya.

Harapan untuk Masa Depan

Dengan hadirnya pembalap penguji seperti Aleix Espargaro, Puig optimis Honda dapat kembali bersaing di level tertinggi. “Espargaro membawa pengalaman besar dan kecepatan di lintasan. Kehadirannya akan memberikan dorongan positif bagi seluruh tim,” tuturnya.

Puig menutup dengan refleksi tentang peran balapan dalam hidupnya. “Balapan adalah soal performa, kecepatan, dan hasil. Itulah yang selalu menjadi fokus kami, baik sebagai pembalap maupun manajer,” pungkasnya.

Dengan tantangan besar yang menanti, Alberto Puig tetap menjadi sosok kunci dalam upaya Honda MotoGP untuk kembali ke puncak kejayaan.