Pemerintah Malaysia menyatakan dukungan penuh terhadap tercapainya perjanjian gencatan senjata di Gaza yang berlaku sejak 15 Januari lalu, termasuk kesepakatan pembebasan para sandera. Dalam pernyataannya, Kementerian Luar Negeri Malaysia (Wisma Putra) menyebutkan bahwa kesepakatan ini menjadi kemajuan penting dalam upaya mengakhiri konflik berkepanjangan yang telah berlangsung lebih dari setahun, menimbulkan banyak korban jiwa, dan membawa penderitaan besar bagi rakyat Palestina.
Konflik berkepanjangan di Gaza telah membawa dampak yang sangat berat bagi warga sipil. Gencatan senjata ini diharapkan menjadi langkah awal untuk menghentikan kekerasan serta membuka peluang bagi penyaluran bantuan kemanusiaan yang sangat diperlukan. Menghadapi musim dingin yang ekstrem, rakyat Palestina kini tengah berjuang untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka. Hal ini menegaskan bahwa upaya penghentian konflik bukan sekadar agenda politik, tetapi juga langkah penyelamatan kemanusiaan.
Malaysia menyerukan pentingnya pengiriman bantuan kemanusiaan segera ke wilayah Gaza. Pemerintah mengungkapkan harapannya agar bantuan berupa pangan, obat-obatan, dan kebutuhan dasar lainnya dapat dengan cepat sampai kepada masyarakat yang memerlukan. Hal ini menunjukkan komitmen Malaysia dalam mendukung rakyat Palestina di tengah situasi yang sulit, sekaligus menegaskan solidaritas terhadap penderitaan yang mereka alami.
Malaysia juga menyampaikan apresiasi atas peran aktif pemerintah Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat dalam menjadi mediator tercapainya perjanjian ini. Kerja sama antarnegara ini menggambarkan pentingnya kolaborasi internasional untuk mengatasi konflik berkepanjangan. Penyelesaian konflik semacam ini memerlukan sinergi dari berbagai pihak, bukan hanya pendekatan sepihak.
Dalam pernyataan resminya, Malaysia kembali menegaskan dukungannya terhadap perjuangan rakyat Palestina untuk menentukan masa depan mereka. Pemerintah Malaysia terus menyerukan pembentukan Negara Palestina yang merdeka dan berdaulat berdasarkan garis perbatasan sebelum tahun 1967, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya. Sikap ini mencerminkan visi jangka panjang Malaysia untuk menciptakan perdamaian dan stabilitas di kawasan Timur Tengah.
Dengan tercapainya gencatan senjata ini, perhatian dunia kini tertuju pada implementasi perjanjian tersebut dan bagaimana komunitas internasional dapat bekerja sama untuk mencari solusi jangka panjang. Keberhasilan perjanjian ini diharapkan menjadi awal dari perdamaian yang berkelanjutan di Gaza dan wilayah sekitarnya.