Pada tanggal 5 Januari 2025, terungkap alasan mengapa seni bela diri tradisional Indonesia, Pencak Silat, tidak diperbolehkan dalam kompetisi Mixed Martial Arts (MMA) dan Ultimate Fighting Championship (UFC). Penjelasan ini menyoroti perbedaan mendasar antara teknik yang digunakan dalam Pencak Silat dan aturan yang diterapkan dalam pertarungan MMA.
Pencak Silat dikenal dengan teknik-teknik yang sangat efektif dan mematikan, yang dirancang untuk melumpuhkan lawan dengan cepat. Beberapa teknik dalam silat menargetkan organ vital seperti tenggorokan, ginjal, dan mata, yang dapat menyebabkan cedera serius atau bahkan kematian. Dalam konteks UFC, teknik-teknik ini dianggap terlalu berbahaya untuk diterapkan dalam pertarungan yang diatur dengan ketat untuk keselamatan para petarung[1][2].
Salah satu alasan utama pelarangan ini adalah perbedaan fokus antara Pencak Silat dan seni bela diri lainnya yang diperbolehkan dalam UFC. Pencak Silat lebih menekankan pada pertahanan diri dan kelangsungan hidup di medan tempur, sedangkan MMA berfokus pada kemenangan melalui teknik dan strategi olahraga. Dalam MMA, serangan yang ditujukan ke area vital dilarang keras untuk menjaga integritas dan keselamatan atlet[3][4].
UFC menerapkan berbagai aturan ketat untuk memastikan keselamatan para petarung, termasuk larangan menyerang bagian belakang kepala, tenggorokan, dan mata. Teknik-teknik dari Pencak Silat yang mengincar area tersebut tidak sesuai dengan pedoman keselamatan UFC. Oleh karena itu, meskipun Pencak Silat merupakan seni bela diri yang kaya akan teknik dan tradisi, penggunaannya dalam arena UFC menjadi tidak mungkin[5][6].
Meskipun dilarang dalam UFC, banyak penggemar dan praktisi Pencak Silat tetap mendukung keberagaman seni bela diri. Mereka percaya bahwa setiap seni bela diri memiliki nilai dan keunikan tersendiri. Pelarangan ini bukan berarti meremehkan Pencak Silat, tetapi lebih kepada upaya untuk menciptakan lingkungan pertarungan yang aman bagi semua peserta[7][8].
Dengan penjelasan mengenai alasan pelarangan Pencak Silat di MMA dan UFC, tahun 2025 menjadi tahun penting bagi pengembangan seni bela diri ini di tingkat internasional. Meskipun tantangan ada, pencak silat tetap memiliki tempatnya sebagai warisan budaya Indonesia yang harus dilestarikan. Semua pihak kini diajak untuk terus menghargai keberagaman seni bela diri sambil menjaga keselamatan dalam setiap kompetisi.